Jakarta, Manadozone.com – Presiden Jokowi yang adalah kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) tak bisa mencolankan diri lagi memimpin tanah air di Pilpres 2024 setelah dua kali berturut-turut memimpin negeri ini.
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi, menilai banyak tantangan yang dihadapi partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu, untuk mengulang sejarah di tahun 2019 ini. Menurutnya, PDIP harus bisa melihat apa yang terjadi dengan Demokrat di tahun 2014, dimana saat itu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tak bisa mencalonkan diri lagi. Hal ini berakibat anjloknya suara partai.
“2024 Jokowi sebagai kader utama PDIP tak bisa maju lagi. Saat yang sama, PDIP punya mimpi kemenangan hattrick (tiga kali berturut-turut). Pemilu kita didesain untuk mencetak satu perilaku pemilih yang cenderung kuat didasarkan personalisasi politik, ketokohan, ketimbang institusional partai. Ketika Pak jokowi tidak bisa maju lagi 2024, skenario buruk seperti dialami Demokrat 2014 bisa menjadi terulang,” jelas Burhanuddin seperti dikutip dari laman Merdeka.com, Sabtu (3/8/2019).
Nantinya yang patut diantisipasi, adalah saat perekrutan calon-calon legislatif ke depan. Semua calon harus memiliki kedekatan ideologi dengan konstituen PDIP. Jika gagal dalam melakukan perekrutan caleg, sulit untuk mencetak hattrick menang tiga kali secara berturut-turut.
Diketahui, PDIP akan mengadakan Kongres V di Bali 8-10 Agustus 2019 dan persiapan untuk Pemilu 2024 akan dimatangkan di sana. Sekjen PDIP PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan bahwa pihaknya akan mempersiapkan diri dengan matang dalam menyambut perhelatan 2024.
“Rakyat yang akan menentukan. Dan proses terus membangun organisasi jauh lebih penting. Itu yang dilakukan PDIP. Jadi Jawabannya tunggu hasil kongres,” ucap Hasto Kristiyanto, di DPP PDIP, Jakarta, Sabtu (3/8/2019). Sebagai catatan, PDIP satu-satunya partai yang mencetak sejarah di era reformasi sebagai partai pemenang pemilu dua kali berturut-turut. (Red)