Manado, MZ — Beredar narasi menyesatkan di media sosial yang menuding Gubernur Sulawesi Utara, Yulius Selvanus, melakukan perjalanan ke Tanah Toraja dengan alasan “jalan-jalan” menggunakan dana pemerintah.
Tudingan ini langsung dibantah oleh Gubernur dan sejumlah tokoh publik yang mengetahui duduk perkara kunjungan tersebut.
Dalam keterangannya kepada media, Gubernur Selvanus menyatakan tegas bahwa seluruh biaya perjalanan dan kegiatan selama di Toraja berasal dari dana pribadi, tanpa menggunakan anggaran negara maupun provinsi.
“Ini bukan uang negara, bukan juga uang provinsi. Ini uang pribadi Yulius,” ujar Selvanus usai pelantikan Penjabat Sekprov dan Inspektur Sulut di Graha Gubernuran, Rabu (16/7/2025).
Lebih lanjut, kunjungan tersebut bukan sekadar perjalanan biasa. Gubernur hadir untuk memperingati Hari Pahlawan Pongtiku pada 10 Juli, yang memiliki makna historis bagi dirinya dan masyarakat Toraja.
Pongtiku merupakan Pahlawan Nasional asal Toraja dan juga kakek dari Gubernur Yulius Selvanus.
Bantahan terhadap narasi hoaks ini juga datang dari pengamat politik Sulawesi Utara, Felix Singal.
Menurutnya, tudingan yang menyebut kunjungan ke Toraja sebagai “jalan-jalan dengan uang negara” adalah upaya penggiringan opini yang tidak berdasar dan sangat tidak etis.
“Ini adalah kunjungan pribadi yang sarat nilai sejarah. Kalau seorang cucu pahlawan datang memperingati jasa leluhurnya dengan dana sendiri, justru itu contoh pejabat yang punya nilai, bukan untuk dijatuhkan,” tegas Felix Singal.
Felix juga menilai langkah Gubernur Yulius sebagai bentuk keteladanan dalam menjaga akuntabilitas dan transparansi publik.
Ia mengimbau masyarakat agar tidak mudah percaya dengan informasi hoaks dan lebih selektif dalam menyaring berita yang tersebar di media sosial.
“Jangan karena kepentingan politik, semua langkah pejabat publik harus dicurigai. Kalau semua dianggap negatif, maka ruang apresiasi terhadap hal-hal baik akan hilang,” tambah Felix.
Dengan bantahan tegas dari Gubernur dan pengamat, publik diharapkan lebih bijak dan tidak terprovokasi oleh narasi yang tidak memiliki dasar fakta. (Edwin Rizal)