Manadozone || Manado – Ada istilah yang sering kita dengar “Think globally, act locally” adalah frasa yang mengajarkan berpikir global bertindak global. Hal tersebut pas dengan tulisan yang dibuat Helena Elisabet Roeroe dan Bacelius Ruru yang membawa pesan lokal ke ranah global.
Empat buku karya Maria Helena Elisabet Roeroe dan Bacelius Ruru ditampilkan ke publik, Sabtu (28/12/2024)
Sebuah momen bersejarah bagi dunia literasi Sulawesi Utara berlangsung di Toko Buku Gramedia Sam Ratulangi, Kota Manado, di mana empat karya monumental dari para penulis asal Tanah Minahasa resmi diluncurkan. Acara ini mengusung tema “Mengubah Cara Pandang, Memperbaiki Kehidupan dari Lokal ke Global” yang diprakarsai oleh Yayasan Onsay dan pihak-pihak terkait.
Keempat buku tersebut adalah “Melampaui Asa Karya Sastra” dan “Pemaknaan Sastra Mengentaskan Kemiskinan” karya Maria Helena Elisabet Roeroe, “Tiga Dekade Perjalanan Karir Bacelius Ruru” karya Bacelius Ruru, serta “Sak Karepmu” yang ditulis oleh Emmy Yuharssarie Ruru. Dalam peluncuran ini, setiap buku tak hanya diperkenalkan tetapi juga dibedah bersama oleh para akademisi, tokoh intelektual, dan praktisi literasi.
Pesan Mendalam dari Karya Sastra Lokal
Salah satu buku yang menarik perhatian adalah “Pemaknaan Sastra Mengentaskan Kemiskinan” karya Maria Helena Elisabet Roeroe. Buku ini dipandang sebagai refleksi mendalam penulis terhadap kondisi sosial masyarakat selama hidupnya. Ketua Dewan Pembina Yayasan Onsay, Dolly Kaunang, menjelaskan bahwa karya ini membawa pesan agar manusia terus belajar sehingga mampu keluar dari belenggu kemiskinan.
“Kemiskinan yang dimaksud di sini bukan hanya soal finansial, tetapi juga kemiskinan intelektual. Buku ini mengajak pembacanya untuk merenung, belajar, dan berpikir kritis agar dapat hidup lebih bermakna,” ujar Kaunang.
Selain itu, buku “Tiga Dekade Perjalanan Karir Bacelius Ruru” memberikan gambaran perjalanan karier seorang tokoh besar yang penuh inspirasi, sementara “Sak Karepmu” karya Emmy Yuharssarie Ruru menawarkan perspektif unik dalam memahami kehidupan dengan gaya bahasa yang segar.
Partisipasi Tokoh dan Akademisi
Acara ini dihadiri oleh sejumlah tokoh ternama, termasuk Pastor Richard Renwarin, Pendeta Agustien Kapahang Kaunang, Valentino Lumowa, hingga filsuf dan akademisi terkenal, Rocky Gerung. Dalam sesi bedah buku, para tokoh ini berbagi pandangan kritis dan apresiasi mereka terhadap karya-karya yang diluncurkan.
Rocky Gerung, yang dikenal dengan pemikiran-pemikiran provokatifnya, memberikan perspektif menarik terhadap buku-buku yang dibahas. Menurutnya, setiap karya sastra bertujuan untuk “memprovokasi manusia agar terus berpikir.”
“Buku adalah alat untuk melawan stagnasi. Ia mengubah cara kita melihat dunia dan memberi kita keberanian untuk berpikir secara radikal,” kata Rocky Gerung saat memberikan pandangannya.
Konsep Budaya Literasi untuk Perubahan
Acara peluncuran buku ini tidak hanya menjadi ajang promosi literasi, tetapi juga momentum untuk memperkuat budaya baca di Sulawesi Utara. Dengan tema besar “Mengubah Cara Pandang, Memperbaiki Kehidupan dari Lokal ke Global,” para penyelenggara ingin menekankan pentingnya sastra sebagai medium untuk menciptakan perubahan sosial.
Para peserta yang hadir berasal dari berbagai latar belakang, termasuk akademisi dari Universitas Sam Ratulangi, Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Manado, Universitas Katolik Della Sale Manado, dan Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng. Tak hanya itu, acara ini juga diliput oleh sejumlah media lokal yang turut mendukung geliat literasi di daerah.
Harapan dan Masa Depan Literasi Lokal
Yayasan Onsay, sebagai inisiator utama acara ini, berharap peluncuran buku-buku ini dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk terus berkarya. Literasi bukan hanya soal membaca dan menulis, tetapi juga memahami dan memaknai kehidupan dari sudut pandang yang lebih luas.
Melalui karya-karya ini, para penulis asal Minahasa berhasil menunjukkan bahwa ide-ide lokal dapat memiliki dampak global. Sastra tidak hanya menjadi refleksi kehidupan, tetapi juga alat untuk memperbaiki masa depan.
Peluncuran ini menjadi bukti nyata bahwa Sulawesi Utara memiliki potensi besar dalam dunia literasi. Dengan semangat yang terus dikobarkan oleh para penulis, akademisi, dan komunitas literasi, masa depan sastra di daerah ini akan semakin cerah.***