MANADO, MZ – Satu per satu topeng mulai terbuka. Direktur Utama Bank SulutGo (BSG), Revino Pepah, resmi dipanggil penyidik Subdit Tipikor Polda Sulut terkait dugaan korupsi dana hibah dari Pemprov Sulawesi Utara ke Sinode GMIM.
Meski masih berstatus sebagai saksi, kehadiran Revino menandai bahwa benang merah penyalahgunaan dana publik mulai mengarah ke jantung lembaga keuangan daerah ini.
“Saya diperiksa selaku bank, sebagai pengelola rekening GMIM,” ujar Revino singkat usai pemeriksaan pada Senin, 21 April 2025. Namun publik tak mudah diyakinkan dengan jawaban normatif itu, sebab ini bukan pertama kalinya BSG terseret dalam pusaran skandal.
Skandal demi Skandal: BSG di Ujung Krisis Kepercayaan
Kasus hibah GMIM hanyalah salah satu dari rentetan persoalan yang menggerogoti reputasi Bank SulutGo.
Sebelumnya, muncul dugaan penyuapan wartawan oleh sekretaris perusahaan BSG, demi menyuap pemberitaan negatif terkait korporasi.
Skandal ini menyeret nama petinggi bank, termasuk Revino Pepah, yang disebut memberi restu secara diam-diam untuk ‘mengamankan’ citra bank lewat amplop wartawan.
Tak berhenti di situ, program Corporate Social Responsibility (CSR) BSG pun tak luput dari sorotan tajam. Investigasi menyebut adanya kegiatan CSR fiktif yang dijadikan ladang bancakan oleh oknum manajemen.
Dana CSR yang seharusnya menyentuh masyarakat justru berakhir di kantong pribadi dan kegiatan seremonial penuh pencitraan.
Aset Fantastis, Tapi Integritas Dipertanyakan
Revino Pepah sendiri bukan pejabat sembarangan. Berdasarkan LHKPN 2024 yang dirilis Maret 2025, total kekayaannya mencapai Rp19,6 miliar. Ia menguasai aset tanah dan bangunan senilai lebih dari Rp11 miliar di Manado dan Minahasa, serta menyimpan uang tunai dan deposito senilai lebih dari Rp8,2 miliar.
Namun, dalam bayang-bayang skandal keuangan yang menyelimuti BSG, angka ini tak lagi sekadar pencapaian—melainkan tanda tanya besar.
Publik bertanya-tanya: dari mana akumulasi kekayaan ini jika bukan dari jerih payah yang penuh tanda tanya?
Tuntutan RUPS Luar Biasa dan Audit Forensik
Buntut dari skandal-skandal ini membuat tekanan publik kian membesar.
Tokoh masyarakat, aktivis antikorupsi, dan pengamat perbankan mendesak Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB) digelar segera untuk mengevaluasi total manajemen BSG, terutama posisi Direktur Utama.
“Revino Pepah harus segera dinonaktifkan. Tidak etis seorang yang terseret berbagai pusaran dugaan korupsi tetap memimpin bank daerah,” ujar Kristianto Naftali Poae, Bendahara Pokdar Kamtibmas Sulut, yang sebelumnya melaporkan dugaan korupsi dan penyimpangan hukum ke Kejati Sulut.
Selain itu, masyarakat meminta audit forensik menyeluruh terhadap seluruh dana hibah, CSR, serta transaksi dengan lembaga keagamaan dan pihak ketiga. Jangan sampai BSG menjadi ATM berjalan bagi elite-elite busuk yang berselimut simbol pelayanan publik dan agama.
BSG Butuh Bersih-Bersih, Bukan Basa-Basi
Bank SulutGo saat ini tidak hanya mengalami krisis kepercayaan, tetapi juga krisis moral dan integritas manajerial. Dengan serangkaian skandal yang menyeret nama-nama besar, termasuk pucuk pimpinan seperti Revino Pepah, tak ada jalan lain selain perombakan total.
Jika Gubernur Sulut dan para pemegang saham tetap diam, publik patut menduga bahwa politik ikut bermain dalam upaya melindungi kepentingan tertentu.
Tapi rakyat Sulawesi Utara tidak buta. Skandal GMIM bisa jadi awal, tapi jika semua dipetakan, maka kita akan temukan bahwa Bank SulutGo tak lagi layak dikelola oleh tangan-tangan yang kini menguasainya.(Steven)