Dirikan 2 Museum, Benny Mamoto Kembali Raih Penghargaan Rekor MURI

Writer : Jimmy Endey
Editor : Julian Lasut

Manadozone || Manado — Torehan prestasi kembali diraih Irjen Pol (P) Benny Jozua Mamoto SH MSi, Kamis (14/12/2023). Ia menerima penghargaan dua rekor MURI dari Sang Pendiri Jaya Suprana.

Dua penghargaan tersebut diberikan Jaya Suprana atas eksistensi Museum Wale Anti Narkoba (WAN) pertama di Indonesia.

Museum ini diresmikan pada 28 Februari 2014 lalu oleh Ibu Sjoko Suyanto (isteri Menkopolhukam) dalam kapasitasnya sebagai Ketua SIKIB.

Penghargaan kedua diberikan atas eksistensi Museum Manguni Atan Burung Hantu pertama dan satu-satunya di Indonesia yang diresmikan pada 7 Juli 2017 lalu.

Benny Mamoto sendiri menjelaskan bahwa, Museum Wale Anti Narkoba (WAN) telah terdaftar di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI dengan registrasi museum nomor 71.02.k.06.0076.

Museum Wale Anti Narkoba itu juga telah menerima Piagam Penghargaan Hasil Evaluasi Standardisasi Museum berupa Sertifikat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan No. 380/E2/Kb/2018 – Standarisasi Museum Tahun 2017 Sebagai Museum Tipe B dan pada tahun 2022 Hasil Evaluasi Standardisasi Museum Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan naik sebagai Museum Tipe A.

Museum Wale Anti Narkoba merupakan museum tipe A satu-satunya di Sulawesi Utara.

“Saya bersyukur atas capaian ini, karena tidak mudah untuk memenuhi ketentuan dan standar dalam akreditasi dari Kemendikbudristekdikti,” ungkap Benny Mamoto.

Ide pendirian museum ini didasari oleh keprihatinan dan kekhawatiran semakin maraknya peredaran narkoba khusunya di kalangan anak-anak muda, pelajar dan mahasiswa.

Upaya pencegahan melalui edukasi adalah langkah yang efektif dan efisien dibandingkan dengan langkah represif berupa pemberantasan narkoba karena memerlukan anggaran yang besar dan telah menimbulkan korban.

Baca juga:  Vanda Sarundajang Bacakan Amanat Mendagri di Hari Otonomi Daerah ke-29

Anak-anak muda yang telah mengonsumsi narkoba akan mengalami kerusakan kesehatan khususnya bagian otak dan organ tubuh lainnya.

Dampak inilah yang akan mengancam masa depan generasi muda kedepan.

Impian bonus demografi dapat berubah menjadi bencana demografi ketika generasi muda kita terpapar narkoba sehingga tidak mampu bersaing karena kualitas hidup dan kesehatannya sudah menurun atau rusak.

“Impian saya selaku penggagas Museum Edukasi Anti Narkoba ini adalah berdirinya museum edukasi seperti ini di setiap kabupaten dan kota di seluruh Indonesia maka anak-anak muda, orang tua, pelajar dan mahasiswa setempat dapat dengan mudah mengakses edukasi masalah ancaman serius narkoba ini,” ucapnya.

Untuk mewujudkan pendirian museum tersebut perlu kerja sama dan kepedulian semua pihak, baik Pemerintah Daerah, instansi terkait, maupun pribadi-pribadi yang peduli dan kalangan swasta melalui program CSRnya, karena upaya ini memerlukan dukungan anggaran, baik untuk pendirian maupun operasionalnya.

“Sejak berdirinya Museum WAN tahun 2014 kami telah mengedukasi anak-anak sekolah dan Masyarakat lebih dari 55.398 orang yang tergabung dalam 4.041 rombongan. Beberapa sekolah telah mewajibkan siswanya untuk mengikuti edukasi ini,” katanya.

Bila dibandingkan dengan model sosialisasi berupa seminar atau ceramah, maka model edukasi melalui Museum Edukasi ini jauh lebih efektif dan efisien.

“Selanjutnya mengenai Museum Manguni, Ide pendiriannya muncul ketika saya melakukan perjalanan ke beberapa negara seperti Jepang, Korea, Thailand, China, Malaysia, Italia dan negara-negara lainnya. Pertama, saya menemukan Museum Owl (Burung Hantu) di Penang, Malaysia, Jepang, Korea, Thailand, berisi koleksi aneka ragam bentuk Manguni (Owl) yang terbuat dari kayu, logam, plastik, kaca, keramik, kain, mata uang kertas dan logam, materei dan sebagainya,” tandasnya.

Baca juga:  Bentuk Kepedulian Terdahap Umat Beragama, PLN Bantu 83 Rumah Ibadah Dalam Gerakan #100Cahaya

Benny Mamoto sendiri berpikir, mengapa di Sulawesi Utara, Kabupaten dan Kota lambangnya Manguni, Gereja terbesar GMIM lambangnya Manguni, juga berbagai ormas lambangnya Manguni, tetapi tidak memiliki museum seperti di beberapa negara tersebut.

Disamping itu, Manguni di masyarakat Minahasa merupakan kearifan lokal.

Sebelum ada teknologi, leluhur Minahasa menggunakan bunyi Manguni sebagai petunjuk.

Manguni diberikan tempat yang khusus karena membantu masyarakat dengan memberi petunjuk atau tanda akan terjadinya sesuatu peristiwa.

Sejak saat itu, muncullah ide untuk membangun Museum Manguni ini.

“Saya mulai berburu buku tentang Owl dari berbagai negara sebagai referensi. Saya mulai berburu berbagai koleksi Owl dari seluruh dunia, termasuk koin mata uang Yunani kuno yang bergambar Manguni. Akhirnya isteri dan anak-anak saya serta teman-teman saya ikut membantu berburu koleksi Owl dari berbagai negara. Sampai saat ini baru terkumpul sekitar 1.400 koleksi Manguni,” tutur Benny Mamoto.

Di Museum Manguni, oengunjung akan dapat menyaksikan juga meja dan kursi dengan design Manguni.

“Untuk mengedukasi generasi muda, maka saya dibantu tim untuk mulai mengumpulkan data dan informasi tentang persebaran Owl di dunia, spesiesnya, pelestariannya, dan sebagainya,” katanya.

Disamping itu, ditemukan hal yang menarik bahwa ada sekitar 130 kota di dunia menggunakan lambang Owl.

Banyak pengunjung yang tertarik dengan lambang-lambang kota di dunia ini, karena bila dibandingkan dengan lambang Kabupaten dan Kota di Sulawesi Utara maka sesungguhnya kita sejajar dengan 130 kota di dunia tersebut.

Ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi Masyarakat Sulawesi Utara.

Pusat Kebudayaan Sulawesi Utara “Pa’Dior berlokasi di Jl. Pinabetengan, Tompaso Barat Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara.

Baca juga:  Libur Lebaran 2025, BPJS Kesehatan Pastikan Akses Layanan JKN Tetap Terbuka

Nama “Pa’dior” (Bahasa daerah Tontemboan) artinya terdepan atau terutama, atau bisa dimaknai sebagai pelopor.

Di lokasi “Pa’dior” pengunjung dapat melihat 4 (empat) museum yaitu Museum Wale Anti Narkoba, Museum Manguni, Museum Budaya Pinawetengan dan satu museum yang berisi koleksi rekor yang diberi nama Museum Rekor Benny J Mamoto.

Di Museum Rekor Benny J Mamoto, pengunjung akan menyaksikan ada 7 (tujuh) rekor dunia Guinness World Records dan ada 32 (tiga puluh dua) rekor MURI, dimana hal itu menjadi yg terbanyak di Indonesia.

Di area Pa’dior pengunjung akan menyaksikan 3 (tiga) wujud Guinness World Records berupa Terompet Kontra Bass terbesar di dunia yang dapat dibunyikan, Kolintang Raksasa terbesar di dunia, dan Kain Tenun Pinawetengan terpanjang.

Oleh sebab itu, tambahan 2 (dua) rekor MURI hari ini maka koleksi Museum Rekor Benny J Mamoto akan bertambah menjadi 34 (tiga puluh empat).

“Kami mengucapkan terima kasih kepada para Seniman, Budayawan dan Masyarakat Sulawesi Utara serta Tim YISBSU yang telah bekerjasama mewujudkan rekor terbanyak tersebut. Demikian juga kepada Bapak Jaya Suprana kami ucapkan terima kasih atas penghargaan yang telah diberikan,” ujar Benny Mamoto.

Kecintaan terhadap budaya tidak pernah lepas dari pria yang selalu murah senyum serta senantiasa rendah hati diantara sesama koleganya. Yang menarik meski berbagai kesibukannya sejak masih aktif sebagai perwira Polri hingga kini tidak pernah pupus untuk terus berbuat dan membangun Sulawesi Utara lewat budaya.(*/jim/jul)

Yuk! baca BERITA menarik lainnya dari MANADO ZONE di GOOGLE NEWS dan Saluran WHATSAPP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *