MANADOZONE.COM Bolmong – Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berancana (DPPKB) Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong) Kamis (28/11/2024) pagi hingga sore pukul 15.30 wita kembali melaksanakan diskusi audit stunting tahun 2024, yang dilaksanakan di Ruang Rapat Kinalang, Hotel Sutan Raja, Kelurahan Kobo Besar, Kecamatan Kotamobagu Timur, Kota Kotamobagu.
Diskusi Audit Stunting yang dilaksanakan di ruang rapat Kinalang Hotel Sutan Raja Kotamobagu, itu dibuka Sekretaris Daerah (Sekda) Bolmong, Dr (Hc) Ramlah Mokodongan, SE., MSi, yang didampingi Kepala Dinas PPKB, Julin E. Papuling, SKM., ME., dan dihadiri Kepala Dinas Kesehatan I Ketut Kolak, Kepala Dinas Sosial, Erni Mokoginta, serta para Camat, para Kepala Puskesmas, dan tenaga penyuluh.
Dalam sambutan laporan pertanggung jawaban kegiatan, yang disampaikan Kadis PPKB Bolmong, Julin E. Papuling, menyampaikan tujuan kegiatan Pertemuan Audit Kasus stunting yang dilaksanakan ada beberapa yang harus dilakukan ditingkat desa dan keluarga, sebagai langkah penanganan.
“Mengidentifikasi risiko terjadinya stunting pada kelompok sasaran, Mengetahui penyebab risiko terjadinya stunting pada kelompok sasaran sebagai upaya pencegahan dan perbaikan tata laksana kasus yang serupa, Menganalisis faktor risiko terjadinya stunting pada baduta/balita stunting, calon pengantin, ibu hamil dan ibu pasca melahirkan/nifas sebagai upaya pencegahan, penanganan kasus dan perbaikan tata laksana kasus yang serupa, serta Memberikan rekomendasi penanganan kasus dan perbaikan tata laksana kasus serta upaya pencegahan yang harus dilakukan,” ucap Julin
Julin juga menambahkan, dirinya berharap kegiatan Pertemuan Audit Kasus Stunting Tahap 2 Semester II Tahun 2024 Kabupaten Bolaang Mongondow yang dilaksanakan di Hotel Sutan Raja Kotamobagu, ini dapat terlaksana dengan baikdan mendapat hasil idenstifikasi lapangan dengan baik.
Mendapatkan identifikasi risiko terjadinya stunting pada kelompok sasaran, Mendapatkan penyebab risiko terjadinya stunting pada kelompok sasaran sebagai upaya pencegahan dan perbaikan tata laksana kasus yang serupa, Mendapatkan hasil analisis faktor risiko terjadinya stunting pada baduta/balita stunting calon pengantin, ibu hamil dan ibu pasca melahirkan/nifas sebagai upaya pencegahan, penanganan kasus dan perbaikan tata laksana kasus yang serupa, Memberikan rekomendasi penanganan kasus dan perbaikan tata laksana kasus serta upaya pencegahan yang harus dilakukan.” Terangnya.
Diskusi Tanya jawab serta saran pun berlangsung dan ditanggapi Ahli Gizi, Drs Meldy E. Pascoal, M.Kes., serta Ahli Psikolog, Indri Dilapanga, M.Psi. Yang memberikan saran atas setiap pernyataan dari para peserta diskusi.
Kepala Dinas Kesehatan Bolmong, Drs I Ketut Kolak dalam diskusi tersebut mengapresiasi kegiatan yang berlangsung. Pada kesempatan itu, Kadis Kesehatan Bolmong, menyampaikan berbagai upaya yang telah dilakukan para Tenaga Kesehatan di tingkat desa dan kelurahan untuk menangani dan berembuk mengurangi menyelsaikan kasus stunting yang ada.
“Kami tidak main-main untuk menangani kasus stunting. Kami melaksanakan koordinasi rembuk. Dan di desa pun All Out dengan mengucurkan anggaran dana desa menangangi kasus stunting. Dan ditingkat desa, camat juga All Out,”ucap Kolak.
Lanjut Kolak yang menjadi penasaran, menambahkan bahwa wilayah Dumoga Raya dan Bolmong umumnya yang adalah lumbung beras, serta lumbung ikan Sulawesi Utara, namun kasus stunting banyak.
“Jadi ini yang perlu kita bedah. Kayaknya harus ada diskusi yang lebih ekstrim yang melibatkan eksternal yang mungkin lebih dan tidak hanya menjadi diskusi yang biasa saja. Sebab pola asuh juga kita telah laksanakan pendampingan pemberian asi, pendampingan kebersihan lingkungan dan lainya. Semoga curhatan ini melahirkan inovasi terbaru untuk menyelesaikan stunting.” Terangnya.
Sementara itu dalam kesempatan Ahli Gizi, Drs Meldy E. Pascoal, M.Kes menyampaikan berbagai usul serta saran, sebagai dosen, praktisi yang prihatin terhadap masyarakat, sembari mengingatkan para tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas untuk siap sedia kerja keras.
Tenaga Nakes dalam kesempatan menyampaikan pengalaman lapangan yang didapat, baik itu berupa bantuan yang harus diberikan tidak dalam bentuk uang, hingga kurang perhatian dari para Pasangan Suami Istri, baik itu Pasutri Muda atau Pasutri Lanjut Usia sedikit.
Dikatakan Tenaga Nakes, Intinya tingkat kesadaran dari pada pelaku atau masyarakat. Yang pertama sesuai fakta yang didapat dilapangan, kalau pemberian bantuan dalam bentuk uang, itu pasti tidak akan tersalur di makanan. Bisa jadi Pulsa, Glowing atau Bonding dan serupa.
“Tingkat kesadaran dari Bumil, Ibu Hamil. Agar asupan sejak masih dalam kandungan, itu harus ada semacam panduan, atau sesering mungkin untuk kunjungi sih Bumil. Kenapa? Ada Bumil yang anggap enteng tentang makanan bergizi. Yang lebih mementingkan bagaimana baju bisa jadi bagus, muka jadi glowing, pulsa data ada terus dan rambut bisa bonding. Faktor makanan tidak menjadi yang diutamakan. Baik Pasutri masih muda atau lanjut usia sedikit.”ucapnya