YSK di Tengah Kaum Bapa: Olahraga, Doa, dan Persaudaraan

Berita, Berita Utama3929 Dilihat

Tombatu, MZ – Di bawah langit cerah Minahasa Tenggara, Sabtu pagi, 7 Juni 2025, Gubernur Sulawesi Utara Yulius Selvanus Komaling (YSK) berjalan perlahan menuju tengah Lapangan Taman Kota Tombatu.

Suasana meriah menyambutnya. Ribuan pria—dalam balutan seragam serba putih dan biru khas Pria Kaum Bapa (PKB) GMIM—sudah berkumpul. Spanduk besar bertuliskan “Hari Persatuan PKB GMIM 2025” melambai tertiup angin.

Tapi tak hanya angin dan sorak yang membalut momen itu—ada semacam getaran persaudaraan yang hangat, lahir dari keyakinan yang sama: gereja, tanah, dan identitas.

Gubernur YSK tak berdiri di sana hanya sebagai pejabat.

“Saya datang bukan hanya sebagai gubernur, tapi juga sebagai anggota PKB Jemaat Petra Sario-Tumpaan,” ujarnya, disambut tepuk tangan yang panjang.

Ia berbicara bukan dari podium kekuasaan, melainkan dari panggung kesetaraan, di mana setiap peserta adalah saudara dalam iman dan semangat.

Dalam gaya khasnya yang tegas namun bersahabat, YSK mengajak semua hadirin untuk menjadikan kegiatan ini bukan sekadar ajang pertandingan fisik, tetapi medan latihan mental dan kebersamaan.

Baca juga:  Hadiri Inception Meeting proyek ASUS Tahap II, Wawali Sendy Rumajar Tegaskan Hal Ini

“Kegiatan ini bukan untuk mengolah rasa dendam, tapi mengolah raga dan kebersamaan,” ucapnya. Kalimat yang sederhana, tapi mengandung inti dari semangat sportivitas dan etika Kristiani.

Hari Persatuan atau HAPSA bukan hal baru dalam tradisi GMIM. Tapi tahun ini, bagi banyak orang, terasa berbeda. Lokasi yang dipilih—Tombatu, Minahasa Tenggara—bukan tanpa alasan.

Gubernur YSK bahkan memberi perhatian khusus soal kualitas infrastruktur taman kota itu.

“Saya sudah sampaikan ke Bupati, tempat ini potensial jadi ikon daerah. Apalagi dana bagi hasil sudah turun,” katanya, dengan nada harap yang serius. Ada sinyal kuat: perhatian pada infrastruktur bukan hanya janji, tapi tanggung jawab yang harus dikawal.

Di tengah euforia, Gubernur YSK melontarkan keinginan pribadinya untuk ikut bertanding. Ia menyebut dua cabang: catur dan tenis meja. Tapi bukan untuk menang.

Baca juga:  Walikota Caroll Senduk Serahkan Bantuan 50 Ribu Stek Benih Krisan Pada 5 Poktan

“Bukan soal juara, tapi soal bersama. Karena yang lebih penting adalah kita bisa saling mengenal lebih dekat,” ujarnya.

Kalimat itu membuat para peserta tersenyum—ada kebanggaan saat pemimpin mereka turun gelanggang, bukan demi panggung politik, tapi demi menyatu dalam komunitas yang membesarkannya.

 

 

Pesan moral Gubernur YSK terasa mengendap lama setelah sambutan itu selesai: olahraga adalah alat pemersatu, bukan pemicu perpecahan. Ia mengingatkan agar tak ada yang membawa rivalitas hingga menimbulkan konflik.

“Kalau ada masalah di pertandingan, selesaikan lewat musyawarah. Ada panitia dan dewan juri, jangan saling tuding,” katanya, menegaskan pentingnya etika dalam berkompetisi.

Lebih dari itu, YSK melihat potensi lebih besar dari sekadar turnamen gerejawi. Ia ingin menjaring bakat-bakat tersembunyi dari kalangan PKB untuk dilatih menuju panggung nasional.

“Saya akan fasilitasi mereka yang berprestasi agar bisa tampil di PON,” katanya, menyampaikan komitmen untuk membuka jalan prestasi dari akar rumput.

Baca juga:  Irjen Pol Rinny Wowor, Wanita asal Sulut Pertama Raih Bintang Dua

Ia bahkan menyatakan kesiapan Sulawesi Utara menjadi tuan rumah, khususnya untuk cabang catur.

Momen ditutup dengan doa, lalu sorakan semangat saat Gubernur YSK secara simbolis membuka kegiatan.

Tapi pesan moralnya tetap terngiang: bahwa seorang pemimpin sejati bukan hanya mereka yang bisa memimpin dari atas, tapi yang sanggup menyapa dari bawah. Di tengah barisan Kaum Bapa GMIM, Yulius Selvanus Komaling menunjukkan bahwa menjadi gubernur bukan alasan untuk menjaga jarak. Justru sebaliknya—itulah alasan untuk lebih dekat.

 

Catatan Redaksi*
Gaya kepemimpinan YSK mencerminkan pola baru dalam politik lokal: berakar, membumi, dan tidak malu berkeringat bersama rakyat. Dalam zaman ketika jabatan mudah menjauhkan seorang pemimpin dari warganya, YSK justru memaknai kekuasaan sebagai kesempatan untuk melayani, bukan ditakuti.(Januar)

Yuk! baca BERITA menarik lainnya dari MANADO ZONE di GOOGLE NEWS dan Saluran WHATSAPP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed